Ibrahim Paisuli, seorang petani di Negeri Assilulu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, selama ini menjadi tumpuan warga setempat dan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan pangan melalui hasil tanaman hortikultura yang ia garap. Namun, sejak tahun 2018 hingga saat ini, Ibrahim mengaku kesulitan untuk menjaga konsistensi produksi pertaniannya secara mandiri.
Keterbatasan tenaga kerja dan anggaran menjadi kendala utama bagi Ibrahim dalam mengelola lahan pertaniannya yang cukup luas. Hal ini berdampak pada belum optimalnya pemenuhan permintaan pangan dari warga Negeri Assilulu, bahkan permintaan dari desa tetangga seperti Ureng dan Negeri Lima juga kerap tidak terpenuhi.
“Saya kelola lahan ini sejak tahun 2018, sejauh ini untuk melayani kebutuhan warga di sini belum mencukupi apalagi ditambah dengan permintaan dari warga desa lain yang sering datang belanja di sini,” ungkap Ibrahim saat dikutip dari Liputan.co.id beberapa waktu lalu di lahan pertaniannya.
Selama ini, Ibrahim baru mendapatkan perhatian dan bantuan berupa bibit dari Pemerintah Negeri Assilulu. Namun, bantuan tersebut dinilai belum mampu secara maksimal menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat yang membutuhkan. Ia mengaku belum pernah menerima bantuan signifikan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tengah untuk meningkatkan produksi pertaniannya.
“Lahan yang diolah inikan belum semua, baru sepertiga dari total lahan yang ada. Hasilnya juga sedikit, sementara kebutuhan pangan tinggi. Kalau untuk perhatian pemerintah desa ada untuk kebutuhan bibit. Terus untuk bantuan pemerintah daerah belum pernah,” jelas Ibrahim.
Sebagai satu-satunya petani di Assilulu yang menggarap lahan hortikultura lebih dari satu hektar, Ibrahim berharap adanya uluran tangan dari Pemerintah Daerah untuk menambah modal produksi. Dengan modal yang lebih besar, ia optimis dapat memperluas lahan garapan dan sekaligus menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar.
“Luasan lahan sekitar 1 hektar lebih, kalau modal itu modal sendiri ditambah dari Pemerintah Negeri. Karena modal kecil dan tidak besar maka untuk kelola lahan sendiri tidak normal artinya modal tidak mendukung untuk kelola lahan sebesar ini,” tandasnya.
Adapun komoditas hortikultura yang ditanam Ibrahim secara bergantian meliputi berbagai jenis sayuran seperti kangkung, bayam, sawi, kacang panjang, timun, cabai, tomat, dan lainnya. Ia berharap Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan berupa fasilitas kebun maupun tambahan modal usaha.
Harapan serupa juga disampaikan oleh Ketua Saniri Negeri Assilulu, Abdu Layn. Ia mengakui bahwa Pemerintah Negeri telah berupaya membantu Ibrahim Paisuli melalui Dana Desa, namun bantuan tersebut masih terbatas mengingat adanya prioritas lain dan sektor lain yang juga membutuhkan perhatian pemerintah negeri.
“Kita Pemerintah Negeri sudah berupaya maksimal tapi bantuan kami ini terbatas karena ada pihak lain dan sektor lain yang perlu mendapat sentuhan pemerintah negeri. Olehnya itu kami berharap pemerintah daerah juga harus membantu petani di sini untuk meningkatkan produksi pangan di Assilulu dan sekitarnya,” harap Abdu.
Kondisi yang dialami Ibrahim Paisuli ini menjadi gambaran tantangan yang dihadapi petani kecil dalam upaya menjaga ketahanan pangan di tingkat lokal. Perhatian dan dukungan yang lebih besar dari Pemerintah Daerah diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas petani dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara berkelanjutan.(*)